Langsung ke konten utama

Bandung: Tempat Nongkrong, Ngebut, dan Ngalor-Ngidul

Bandung, Kota Penuh Cerita dan Pesona

Bandung, ibu kota Jawa Barat yang suka banget dipanggil "Paris van Java." Udara sejuknya, suasananya yang asik, pemandangan cakep, semuanya bikin betah banget. Buat turis, Bandung itu surga. Ada kuliner yang bikin perut nggak mau berhenti ngunyah, tempat wisata alam yang cakep, sampai bangunan-bangunan sejarah yang bikin Instagram lo auto estetik. Tapi buat gue, Bandung tuh bukan cuma destinasi liburan. Ini rumah. Tempat gue dibentuk jadi kayak sekarang, tetap seorang manusia. 

Sebelum lanjut, lagu "Untungnya Hidup Harus Berjalan" Bernadya, kayaknya pas menemani tulisan ini. 


Kenangan Bocil di Lembang

Gue kecil sering pindah-pindah domisili, gara-gara bokap menyesuaikan sama kerjaannya. Tapi dari semua tempat yang pernah gue singgahin, Lembang paling juara di hati. Dari SD gue udah tinggal di situ. Tempat gue belajar makna persahabatan, tanggung jawab, sama kehidupan ala bocil yang sering main sepeda bmx.

Lo tau nggak? Kebun teh yang ijo-ijo, udara dingin yang bikin jaket tebel jadi sobat, sama orang-orangnya yang super ramah, itu semua masih nempel di otak gue. Simpel tapi ngangenin.

Setelah SD, gue lanjut SMP sama SMA di Kota Bandung. Nggak jauh dari rumah, tapi suasananya beda. Di sinilah gue mulai ngerasain drama remaja. Mulai dari tugas sekolah yang numpuk kayak cucian, ikut ekskul buat gaya-gayaan, sampai cinta monyet pertama. Aduh, malu kalau diinget-inget.

Masa Kuliah dan Ketemu Doi

Waktu daftar kuliah, gue nggak pake mikir lama. Pilihan gue jatuh ke kampus di daerah Buah Batu. Di sinilah hidup gue jadi seru banget. Temen-temen dari berbagai daerah, pelajaran hidup yang nggak diajarin dosen, sampai skill makan mi instan di akhir bulan, semua gue pelajari di sini.

Eh, nggak lupa. Di kampus ini juga gue ketemu cewek yang sekarang jadi istri gue. Mulainya sih dari gebetan ala-ala. Lama-lama serius, dan yap, sekarang kita udah hidup bareng. Jadi Bandung tuh saksi perjalanan cinta gue. Romantis, kan?

Motoran, Gaya Hidup Ala Bandung

Selain kuliah dan cinta, Bandung juga jadi tempat gue nemuin hobi, motoran. Touring, sunmori, sampai kopdar bareng komunitas motor udah jadi agenda wajib. Bareng temen-temen, gue ngegas keliling pulau Jawa. 

Di tengah dinginnya udara gunung atau obrolan santai pas istirahat, gue dapet pelajaran hidup yang nggak ada di kelas. Nikmatin proses, hargain kebersamaan, dan yang paling penting: jangan lupa cek bensin sebelum gas. 

Bandung di Tengah Riuh Jakarta

Setelah lulus, gue sempet kerja di Bandung. Rasanya kayak mimpi! Tapi akhirnya hidup bawa gue ke Jakarta. Awalnya berat sih ninggalin Bandung, tapi ya hidup harus jalan terus. Meski sekarang tinggal di Jakarta, hati gue tetep sering nyangkut di Bandung.

Setiap ada waktu luang, gue pasti balik. Nongkrong di Dago, ngaso di Braga, atau sekedar ngeliatin kota dari daerah Ciumbuleuit. Semua bikin hati adem.

Harapan untuk Bandung

Gue selalu doain Bandung tetep jadi kota yang nyaman dan inspiratif. Udara sejuknya jangan sampai ilang, dan keramahan warganya terus terjaga. Gue pengen Bandung jadi tempat yang nggak cuma cakep buat dikunjungi, tapi juga bikin warganya bangga.

Bandung, Awal dan Akhir Segala Cerita

Buat gue, Bandung itu bukan cuma kota. Ini tempat yang ngebentuk gue, yang ngasih cerita seru, dan yang selalu bikin gue pengen balik lagi. Jakarta boleh sibuk, tapi Bandung selalu punya tempat spesial di hati. Setiap sudut kotanya punya kenangan. Setiap dinginnya angin pegunungan, kayak bisikin, "Pulang dong, ke Bandung."

Jadi, terima kasih, Bandung. Lo adalah rumah, dalam kenangan dan harapan. Kota Bandung, Kabupaten Bandung, sampai Kabupaten Bandung Barat, semuanya sama istimewanya buat gue. Lo adalah pondasi hidup gue, dan gue nggak sabar nambah cerita-cerita baru di kota ini. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempat Tersendiri

Jika hati adalah ruang yang terisi, kamu ada di ruang yang berbeda. Ruang yang akan selalu terbuka, dan hanya terisi untukmu. Lewat ruangan itu, kamu bebas untuk pergi maupun kembali. Karena di ruangan hati itu, tidak hanya kehadiran kamu secara langsung yang dibutuhkan. Tapi, kenangan yang tercipta untuk terus melekat dalam ingatan. 

Berdoa Baik, untuk yang Terbaik

Saat aku temukan kamu, tak pernah ada doa apapun yang tak baik yang aku ikhlaskan keluar dari hatiku.  Kalaupun hal negatif hadir untuk kita, aku yakin itu hanya ujian yang bisa kita lalui, tanpa melupakan hikmah yang bisa kita ambil.  Berjalannya waktu, aku semakin hari semakin sadar jika kamu adalah yang terbaik, karena membaik selalu.  Walau kadang aku sebaliknya, tapi kamu terus bertahan walau kadang berakhir tanpa kata.  Aku ingin selalu dipertemukan, walau itu lewat mimpi yang sekedar angan.  Berjanjilah untuk aku, kamu akan tetap mengenaliku di kehidupan selanjutnya.  Aku tidak meminta dunia, tapi cukup terus dipersatukankan denganmu.  Terima kasih sudah menjadi bahan doa baik untukku, kamu terbaik yang baik. Dari aku, yang terus berusaha menjadi terbaik sepertimu, dan semoga mejadikan kita selalu utuh.  

Sulit Melupakan Rindu, Walau itu Sementara Waktu

Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di  WhatsApp  saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata  rindu  dengan   maknanya.   Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu.  Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati.  Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu.  Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain.  Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima.  Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa.