Artificial Intelligence sekarang berkembang sampai ke titik yang bikin gue sering mikir, “serius teknologi bisa sekeren ini?” Gue bukan programmer, tapi perkembangan Machine Learning dan AI bikin banyak hal yang dulu cuma kebayang sekarang bisa gue wujudkan sendiri. Salah satunya kebutuhan sederhana gue: nyatet frekuensi charging motor listrik supaya gue punya histori yang jelas dan bisa mantau kondisi baterai jangka panjang.
Gue ini sebenarnya gadget enthusiast dari dulu. Suka banget baca hal teknis, suka nyobain perangkat baru, dan dulu sempat punya mimpi bisa bikin aplikasi sendiri. Bahkan sempat beli buku coding, tapi begitu mulai praktik, kepala langsung pusing. Teori paham, tapi implementasinya bikin gue nyerah. Akhirnya mimpi itu cuma jadi pajangan. Tapi sekarang, dengan AI yang bisa bantu dari ujung ke ujung, proses bikin solusi kecil yang sesuai kebutuhan pribadi jadi jauh lebih mungkin gue lakuin.
1. Kenapa Histori Charging Penting Buat Pengguna Motor Listrik
Gue makin ngeh kalau motor listrik itu butuh pemantauan yang lebih terukur dibanding motor biasa. Frekuensi charging sebenarnya bisa nunjukin banyak hal. Dari histori itu, gue bisa tahu apa baterai mulai drop, apa pola pemakaian gue boros, dan seberapa sering gue perlu isi daya penuh. Informasi ini jadi penting kalau suatu hari baterai mulai lemah, gue bisa ngecek apa penyebabnya dari pemakaian atau dari kondisi baterainya sendiri.
2. Artificial Intelligence Jadi Jembatan antara Ide dan Eksekusi
Dulu kalau ada ide bikin tools kecil, gue cuma bisa nyimpen di kepala. Tapi dengan AI, gue cukup menjelaskan apa kebutuhan gue secara sederhana. AI bantu nyusun alurnya, ngasih gambaran fitur yang diperluin, sampai ngarahin cara bikin pondasinya. Gue tetap harus ngerti apa tujuan alat itu dibuat, tapi proses teknis yang tadinya bikin gue menyerah sekarang terasa jauh lebih ringan.
AI bukan cuma alat, tapi semacam partner brainstorming yang ngerti konteks. Buat orang yang nggak punya background programming, ini sangat membantu.
3. Proses Kolaborasi: AI yang Menyediakan Solusi, Gue yang Mengarahkan
Yang gue lakukan sebenarnya cuma nyampein kebutuhan: aplikasi yang bisa mencatat waktu charging dan memberikan rekap berdasarkan periode tertentu. AI lalu ngasih struktur logisnya. Setelah gue tes, kalau ada bagian yang kurang pas, gue tinggal bilangin. AI yang menyesuaikan. Rasanya kayak kerja tim yang efisien, di mana gue fokus ke manfaatnya dan AI yang ngurusin teknisnya.
Momen ini bikin gue sadar satu hal: ternyata yang gue butuhkan bukan kemampuan coding yang rumit, tapi alat yang bisa menerjemahkan kebutuhan gue jadi solusi nyata.
4. Solusi Sederhana, Tapi Manfaatnya Nyata Buat Penggunaan Sehari-Hari
Setelah semuanya jalan, hasil akhirnya bukan aplikasi rumit, tapi fungsional. Sekarang gue bisa lihat riwayat pengisian daya, tahu berapa kali ngecas dalam seminggu atau sebulan, dan membaca pola pemakaian. Ini bikin gue lebih ngerti karakter motor listrik gue sendiri. Bahkan hal kecil seperti ini ternyata bisa nentuin keputusan jangka panjang seperti perawatan baterai atau manajemen pemakaian harian.
Baca juga: DQLab Bootcamp Machine Learning & AI
Penutup
Sebagai seseorang yang suka gadget tapi pernah nyerah total saat belajar coding, pengalaman ini buat gue cukup mengubah cara pandang. Artificial Intelligence bukan sekadar teknologi futuristik, tapi alat yang benar-benar relate untuk kehidupan sehari-hari. Dulu gue cuma bisa bermimpi bikin aplikasi sendiri. Sekarang, AI ngebantu mimpi itu jadi nyata.
Kalau lo pengen belajar gimana memanfaatkan AI untuk kebutuhan kerja atau proyek pribadi, lo bisa mulai dari sini:
Komentar
Posting Komentar