Langsung ke konten utama

Pergi dengan Seharusnya


Aku tersudut ditemani sepi, terbayang kembali wajah lugumu saat bercerita tentang penat dan bahagia yang terasa. Kamu memang bukanlah aku, namun aku bukanlah aku yang sekarang tanpa kamu. Yang mengajarkan aku segalanya, bukan hanya tentang cerita tapi juga kisah. Cerita yang menjadi kisah yang tak terlupakan, walaupun tak sempurna. Membuatku jatuh, jatuh cinta dan kesakitannya. Jatuh cinta setiap saat kamu lemparkan senyum manis, jatuh hati saat kamu memeluk erat tubuh ini dan menjadikan aku sebagai alasan bahagiamu. Sakit bila air mata menetes dari mata indahmu karna apapun itu, terlebih jika karnaku. Aku yang membuatmu bahagia, tak apa bila kamu ingin membalasnya dengan luka. Namun bila aku yang melukaimu, izinkan aku ada untuk menjadi obatmu. Tetapi aku tak berhasil menjadi obat sakitmu yang sudah teracuni kecewa, yang karnaku memilih bersamanya juga dan memberikannya bahagia. Maafkan aku, bukan karna aku tak peduli lagi padamu, seakan waktu menuntunku untuk bertemunya dan terhindar darimu. Aku tak mengerti, seakan sulit kukendalikan hati. Sudah terlanjur semuanya, jika kamu pikir lebih baik mengakhiri semuanya tak apa. Aku yakin aku yang tak baik untukmu ini, akan menikmati rasa sesal yang terbungkus dengan senyuman. Kamu yang tersakiti, semoga temukan obat yang pantas kamu banggakan.

Setiap pertemuan selalu dibayangi perpisahan yang menanti, namun bukan berarti kata "Selamanya" itu tak ada arti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempat Tersendiri

Jika hati adalah ruang yang terisi, kamu ada di ruang yang berbeda. Ruang yang akan selalu terbuka, dan hanya terisi untukmu. Lewat ruangan itu, kamu bebas untuk pergi maupun kembali. Karena di ruangan hati itu, tidak hanya kehadiran kamu secara langsung yang dibutuhkan. Tapi, kenangan yang tercipta untuk terus melekat dalam ingatan. 

Berdoa Baik, untuk yang Terbaik

Saat aku temukan kamu, tak pernah ada doa apapun yang tak baik yang aku ikhlaskan keluar dari hatiku.  Kalaupun hal negatif hadir untuk kita, aku yakin itu hanya ujian yang bisa kita lalui, tanpa melupakan hikmah yang bisa kita ambil.  Berjalannya waktu, aku semakin hari semakin sadar jika kamu adalah yang terbaik, karena membaik selalu.  Walau kadang aku sebaliknya, tapi kamu terus bertahan walau kadang berakhir tanpa kata.  Aku ingin selalu dipertemukan, walau itu lewat mimpi yang sekedar angan.  Berjanjilah untuk aku, kamu akan tetap mengenaliku di kehidupan selanjutnya.  Aku tidak meminta dunia, tapi cukup terus dipersatukankan denganmu.  Terima kasih sudah menjadi bahan doa baik untukku, kamu terbaik yang baik. Dari aku, yang terus berusaha menjadi terbaik sepertimu, dan semoga mejadikan kita selalu utuh.  

Sulit Melupakan Rindu, Walau itu Sementara Waktu

Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di  WhatsApp  saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata  rindu  dengan   maknanya.   Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu.  Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati.  Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu.  Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain.  Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima.  Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa.