Langsung ke konten utama

Masih di Sampul yang Sama

Semua sudah berbeda, menjadi asing. Sebelumnya, aku dan kamu adalah kita. Aku tidak pernah berusaha mengingat dengan sengaja, padahal aku rasa itu jauh lebih baik. Tapi ini, sebaliknya. Rasanya sakit tapi tidak berdarah. 

Kota, jalan, tempat itu, semua kenangan yang tercipta saat lalu, menjadi selalu. Entah berapa hati yang ada setelah cerita kita selesai, tepatnya selesai bagimu. 

Mau berapa kali pun kamu menjelaskan alasan kamu pergi, aku tidak percaya kalimat itu pernah ada. Halaman demi halaman yang berjalan di hidupku saat ini memang baru, tapi kamu bukan sekedar halaman awal, tapi aku masih menjadikanmu sampul yang tidak terganti. 

Bagaimana caranya melupakanmu, jika kebencian pun masih menyisakan rindu? 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bandung: Tempat Nongkrong, Ngebut, dan Ngalor-Ngidul

Bandung, Kota Penuh Cerita dan Pesona Bandung, ibu kota Jawa Barat yang suka banget dipanggil "Paris van Java." Udara sejuknya, suasananya yang asik, pemandangan cakep, semuanya bikin betah banget. Buat turis, Bandung itu surga. Ada kuliner yang bikin perut nggak mau berhenti ngunyah, tempat wisata alam yang cakep, sampai bangunan-bangunan sejarah yang bikin Instagram lo auto estetik. Tapi buat gue, Bandung tuh bukan cuma destinasi liburan. Ini rumah. Tempat gue dibentuk jadi kayak sekarang, tetap seorang manusia.  Sebelum lanjut, lagu "Untungnya Hidup Harus Berjalan" Bernadya, kayaknya pas menemani tulisan ini.  Kenangan Bocil di Lembang Gue kecil sering pindah-pindah domisili, gara-gara bokap menyesuaikan sama kerjaannya. Tapi dari semua tempat yang pernah gue singgahin, Lembang paling juara di hati. Dari SD gue udah tinggal di situ. Tempat gue belajar makna persahabatan, tanggung jawab, sama kehidupan ala bocil yang sering main sepeda bmx. Lo tau nggak? Kebun teh...

Tempat Tersendiri

Jika hati adalah ruang yang terisi, kamu ada di ruang yang berbeda. Ruang yang akan selalu terbuka, dan hanya terisi untukmu. Lewat ruangan itu, kamu bebas untuk pergi maupun kembali. Karena di ruangan hati itu, tidak hanya kehadiran kamu secara langsung yang dibutuhkan. Tapi, kenangan yang tercipta untuk terus melekat dalam ingatan. 

Ternyata Kecewa

  Aku pernah menolak yang datang, hanya untuk mempertahankan kamu yang ternyata ingin pergi.  Mengenalmu tanpa sengaja, melupakanmu hampir gila. Siapa sangka, kamu yang semanis senja membuat luka sedalam samudra.